
A. Pendahuluan
Strategi atau teknik, metode dan pendekatan merupakan tiga hal yang berbeda meskipun penggunaannya sering bersama-sama dijumpai dalam pembelajaran. Pendekatan merupakan teori atau asumsi. Metode adalah pengembangan yang lebih konkret dari teori tersebut, berupa prosedur-prosedur berdasarkan teori tersebut di dalam berbagai bentuk kegiatan kelas.
Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku melalui interaksi antara individu dan lingkungan. Proses, dalam hal ini, merupakan urutan kegiatan yang berlangsung secara berkesinambungan, bertahap, bergilir, berkeseimbangan, dan terpadu, yang secara keseluruhan mewarnai dan memberikan karakteristik terhadap belajar mengajar itu.
Berkesinambungan berarti kegiatan instruksional itu berlangsung terus-menerus, yang sesungguhnya tidak pernah berhenti pada satu titik akhir kendatipun tujuan terminal atau tujuan akhir dinyatakan telah tercapai. Bertahap artinya pembelajaran dilaksanakan tahap demi tahap atau langkah demi langkah mengikuti struktur dan prosedur tertentu. Berkeseimbangan artinya terdapat keseimbangan harmonis antara berbagai aspek atau unsur yang dirancang dalam komponen-komponen tujuan instruksional, materi pelajaran, metode kegiatan belajar mengajar, media dan sumber, serta prosedur penilaian dan tindak lanjut. Terpadu berarti terjadi saling mempengaruhi, berhubungan, bergantung, saling terkait, dan saling menjalin satu dengan yang lain, baik dalam perencanaan, penyampaian, dan praktik maupun dalam kegiatan belajar di dalam kelas dan diluar kelas, antara sekolah dan masyarakat serta antara guru dan para siswa. (Oemar Hamalik, 2003 : 4)
Untuk memaksimalkan proses belajar mengajar tersebut tentunya seorang guru seyogyanya harus mengetahui dan menguasai beberapa stategi serta pendekatan yang akan digunakan dalam kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu dalam pembahasan ini akan diulas mengenai beberapa pendekatan dalam proses belajar mengajar mengajar yang harus dimengerti oleh seorang guru.
B. Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik, Dan Model Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna, sehingga seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya. Istilah-istilah tersebut adalah: (1) pendekatan pembelajaran, (2) strategi pembelajaran, (3) metode pembelajaran; (4) teknik pembelajaran; (5) taktik pembelajaran; dan (6) model pembelajaran. Berikut ini akan dipaparkan istilah-istilah tersebut, dengan harapan dapat memberikan kejelasaan tentang penggunaan istilah tersebut.
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.
Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam strategi pembelajaran. Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu :
1) Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukannya.
2) Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling efektif untuk mencapai sasaran.
3) Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan dtempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran.
4) Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha.
Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah:
a) Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik.
b) Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang paling efektif.
c) Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode dan teknik pembelajaran.
d) Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan.
Sementara itu, Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1) exposition-discovery learning dan (2) group-individual learning (Rowntree dalam Wina Senjaya, 2008). Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif.
Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan of operation achieving something” sedangkan metode adalah “a way in achieving something” (Wina Senjaya (2008). Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya.
Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya pembelajaran. Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama.
Sementara taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor karena memang dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia memang sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan. Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekaligus juga seni (kiat).
Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil (Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990) mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran, yaitu: (1) model interaksi sosial; (2) model pengolahan informasi; (3) model personal-humanistik; dan (4) model modifikasi tingkah laku. Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran.
Di luar istilah-istilah tersebut, dalam proses pembelajaran dikenal juga istilah desain pembelajaran. Jika strategi pembelajaran lebih berkenaan dengan pola umum dan prosedur umum aktivitas pembelajaran, sedangkan desain pembelajaran lebih menunjuk kepada cara-cara merencanakan suatu sistem lingkungan belajar tertentu setelah ditetapkan strategi pembelajaran tertentu. Jika dianalogikan dengan pembuatan rumah, strategi membicarakan tentang berbagai kemungkinan tipe atau jenis rumah yang hendak dibangun (rumah joglo, rumah gadang, rumah modern, dan sebagainya), masing-masing akan menampilkan kesan dan pesan yang berbeda dan unik. Sedangkan desain adalah menetapkan cetak biru (blue print) rumah yang akan dibangun beserta bahan-bahan yang diperlukan dan urutan-urutan langkah konstruksinya, maupun kriteria penyelesaiannya, mulai dari tahap awal sampai dengan tahap akhir, setelah ditetapkan tipe rumah yang akan dibangun.
Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, seorang guru dituntut dapat memahami dan memliki keterampilan yang memadai dalam mengembangkan berbagai model pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan, sebagaimana diisyaratkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Mencermati upaya reformasi pembelajaran yang sedang dikembangkan di Indonesia, para guru atau calon guru saat ini banyak ditawari dengan aneka pilihan model pembelajaran, yang kadang-kadang untuk kepentingan penelitian (penelitian akademik maupun penelitian tindakan) sangat sulit menermukan sumber-sumber literarturnya. Namun, jika para guru (calon guru) telah dapat memahami konsep atau teori dasar pembelajaran yang merujuk pada proses (beserta konsep dan teori) pembelajaran sebagaimana dikemukakan di atas, maka pada dasarnya guru pun dapat secara kreatif mencobakan dan mengembangkan model pembelajaran tersendiri yang khas, sesuai dengan kondisi nyata di tempat kerja masing-masing, sehingga pada gilirannya akan muncul model-model pembelajaran versi guru yang bersangkutan, yang tentunya semakin memperkaya khazanah model pembelajaran yang telah ada.
C. Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran adalah suatu strategi (siasat) dalam mengajar yang digunakan untuk memaksimalkan hasil pembelajaran. Pendekatan pembelajaran merupakan strategi yang digunakan dalam upaya menciptakan berlangsungnya proses pembelajaran dalam situasi, kondisi, dan lingkungan belajar yang kondusif dengan menitikberatkan pada salah satu sasaran yang ingin dicapai.
Menurut Ng Kim Choy, seorang pakar pembelajaran berkebangsaan Malaysia, mengemukakan batasan tentang pendekatan adalah arah atau hal yang kita ambil untuk menuju sesuatu sasaran (to come near to in any sense). Dalam pengertian yang lebih luas pendekatan juga diartikan sebagi yang berarti penggunaan strategi yang dipilih untuk mencapai tujuan tertentu.
Sebenarnya pendekatan berbeda baik dengan strategi maupun metode. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Oleh karenanya strategi dan metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung dari pendekatan tertentu.
Roy Killen (1998) misalnya, mencatat ada dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat pada guru {teacher-centred approaches) dan pendekatan yang berpusat pada siswa (student-centred approaches). Pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan strategi pembelajaran langsung (direct instruction), pembelajaran deduktif atau pembelajaran ekspositori. Sedangkan, pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa menurunkan strategi pembelajaran discovery dan inkuiri serta strategi pembelajaran induktif.
C. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar
Sebagaimana kita maklumi bahwa tinggi rendahnya kadar kegiatan belajar banyak di pengaruhi oleh pendekatan mengajar yang digunakan guru. Ada beberapa pendapat mengenai pendekatan mengajar. Richard Anderson mengajukan dua pendekatan, yakni pendekatan yang berorientasi kepada guru atau disebut teacher centered dan pendekatan yang berorientasi kepada siswa atau disebut student centered. Pendekatan pertama disebut pula tipe otokratis dan pendekatan kedua disebut tipe demokratis. Pendapat lainnya dikemukakan oleh Massialas yang mengajukan dua pendekatan, yakni pendekatan ekspositeri dan pendekatan inquiry.
Kedua pendapat di atas pada hakikatnya sama, hanya nama dan istilahnya saja yang berbeda. Sedangkan Bruce Joyce mengemukakan empat katagori, yakni model informasi, model personal, model interaksi sosial dan model tingkah laku. Berikut ini dijelaskan beberapa model atau pendekatan mengajar.
a. Pendekatan ekspositeri atau model informasi
Pendekatan ini bertolak dari pandangan, bahwa tingkah laku kelas dan penyebaran pengetahuan dikontrol dan ditentukan oleh guru/pengajar. Hakikat mengajar menurut pandangan ini adalah menyampaikan ilmu pengetahuan kepada siswa. Siswa dipandang sebagai objek yang menerima apa yang diberikan guru. Biasanya guru menyampaikan informasi mengenai bahan pengajaran dalam bentuk penjelasan dan penuturan secara lisan, yang dikenal dengan istilah, kuliah/ceramah/lecture. Dalam pendekatan ini siswa diharapkan dapat menangkap dan mengingat informasi yang telah diberikan guru, serta mengungkapkan kembali apa yang telah dimilikinya melalui respon yang ia berikan pada saat diberikan pertanyaan oleh guru. Komunikasi yang digunakan guru dalam interaksinya dengan siswa menggunakan komunikasi satu arah atau komunikasi sebagai aksi. Oleh sebab itu kegiatan belajar siswa kurang optimal, sebab terbatas kepada mendengarkan uraian guru, mencatat, dan sekali-kali bertanya kepada guru. Guru yang kreatif biasanya dalam memberikan informasi dan penjelasan kepada siswa menggunakan alat bantu seperti gambar, bagan, grafik dan Iain-lain, di samping memberi kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan.
b. Pendekatan inquiry/discovery
Pendekatan ini bertolak dari pandangan bahwa siswa sebagai subjek dan objek dalam belajar, mempunyai kemampuan dasar untuk berkembang secara optimal sesuai dengan komampuuil yang dimilikinya. Proses pembelajaran harus dipandang sebagai stimulus yang dapat menantang siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Peranan guru lebih banyak menempatkan diri sebagai pembimbing atau pemimpin belajar dan fasilitator belajar. Dengan demikian, siswa lebih banyak melakukan kegiatan sendiri atau dalam bentuk kelompok memecahkan permasalahan dengan bimbingan guru.
Pendekatan "inquiry" merupakan pendekatan mengajar yang berusaha meletakkan dasar dan mengembangkan cara berpikir ilmiah.. Pendekatan ini menempatkan siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kekreatifan dalam pemecahan masalah. Siswa betul-betul ditempatkan sebagai subjek yang belajar. Peranan guru dalam pendekatan "inquiry" adalah pembimbing belajar dan fasilitator belajar. Tugas utama guru adalah memilih masalah yang perlu dilontarkan kepada kelas untuk dipecahkan oleh siswa sendiri. Tugas berikutnya dari guru adalah menyediakan sumber belajar bagi siswa dalam rangka pemecahan masalah. Sudah barang tentu bimbingan dan pengawasan dari guru masih tetap diperlukan, namun campur tangan atau intervensi terhadap kegiatan siswa dalam pemecahan masalah, harus dikurangi.
Pendekatan inquiry dalam mengajar termasuk pendekatan modern, yang sangat didambakan untuk dilaksanakan di setiap sekolah. Adanya tuduhan bahwa sekolah menciptakan kultur bisu, tidak akan terjadi apabila pendekatan ini digunakan. Pendekatan inquiry dapat dilaksanakan apabila dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a) Guru harus terampil memilih persoalan yang relevan untuk diajukan kepada kelas (Persoalan bersumber dari bahan pelajaran yang menantang siswa/problematik) dan sesuai dengan daya nalar siswa
b) Guru harus terampil menum-buhkan motivasi belajar siswa dan menciptakan situasi belajar yang menyenangkan
c) Adanya fasilitas dan sumber belajar yang cukup
d) Adanya kebebasan siswa untuk berpendapat, berkarya, berdiskusi
e) Partisipasi setiap siswa dalam setiap kegiatan belajar
f) Guru tidak banyak campur tangan dan intervensi terhadap kegiatan siswa.
Ada lima tahapan yang ditempuh dalam melaksanakan pendekatan inquiry/discovery yakni :
1) Perumusan masalah untuk dipecahkan siswa
2) Menetapkan jawaban sementara atau lebih dikenal dengan istilah hipotesis
3) Siswa mencari informasi, data, fakta yang diperlukan untuk menjawabpermasalahan/hipotesis
4) Menarik kesimpulan jawaban atau generalisasi
5) Mengaplikasikan kesimpulan/generalisasi dalam situasi baru.
Metode mengajar yang biasa digunakan guru dalam pendekatan ini antara lain metode diskusi dan pemberian tugas. Diskusi untuk memecahkan permasalahan dilakukan oleh sekelompok kecil siswa (antara 3-5 orang) dengan arahan dan bimbingan guru. Kegiatan ini dilaksanakan pada saat tatap muka atau pada saat kegiatan terjadwal. Dengan demikian dalam pendekatan inquiry/discovery model komunikasi yang digunakan bukan komunikasi satu arah atau komunikasi sebagai aksi tapi komunikasi banyak arah atau komunikasi sebagai tranaksi. Studi dan penelitian terhadap kedua pendekatan ini telah banyak dilakukan. Misalnya studi yang dilakukan oleh University of Philipine sampai kepada kesimpulan bahwa pendekatan ekspositeri dan inquiry tidak berbeda keefektifannya dalam mencapai hasil belajar yang bersifat informasi, fakta dan konsep, tetapi berbeda secara signifikan dalam mencapai keterampilan berpikir, pendekatan inquiry lebih efektif daripada pendekatan ekspositeri.
c. Pendekatan Interaksi Sosial
Pendekatan interaksi sosial hampir memiliki persamaan dengan pendekatan inquiry terutama social inquiry. Pendekatan ini menekankan terbentuknya hubungan antara individu/siswa yang satu dengan siswa yang lainnya sehingga dalam konteks yang lebih luas terjadi hubungan sosial individu dengan masyarakat. Oleh sebab itu proses belajar mengajar hendaknya mengembangkan kemampuan dan kesanggupan siswa untuk mengadakan hubungan dengan orang lain/siswa lain, mengembangkan sikap dan perilaku yang demokratis, serta menumbuhkan produktivitas kegiatan belajar siswa. Metode-metode mengajar yang paling diutamakan dalam pendekatan ini antara lain diskusi, problem solving, metode simulasi, bekerja kelompok, dan metode lain yang menunjang berkembangnya hubungan sosial siswa. Pendekatan interaksi sosial pada hakikatnya bertolak dari pemikiran pentingnya hubungan pribadi (interpersonal relationship) dan hubungan sosial atau hubungan individu dengan lingkungan. sosialnya. Proses belajar pada hakikatnya adalah mengadakan hubungan sosial dalam pengertian siswa berinteraksi dengan lingkungannya, berinteraksi dengan siswa lain dan berinteraksi sesama kelompoknya. Langkah yang ditempuh guru dalam pendekatan ini adalah :
1) Guru melemparkan masalah dalam bentuk situasi sosial kepada para siswa.
2) Siswa dengan bimbingan guru menelusuri berbagai jawaban masalah yang terdapat dalam situasi tersebut.
3) Siswa diberi tugas atau permasalahan untuk dipecahkan, dianalisis, dikerjakan yang berkenaan dengan situasi tersebut.
4) Dalam memecahkan masalah tersebut siswa diminta untuk mendiskusikannya.
5) Siswa membuat kesimpulan dari hasil diskusinya.
6) Pembahasan kembali hasil-hasil kegiatannya.
Sosiodrama atau role playing merupakan contoh pendekatan ini. Keterlibatan siswa dalam melakukan kegiatan belajar cukup tinggj terutama dalam bentuk partisipasi dalam kelompoknya. Oleh sebab itu pendekatan ini boleh dikatakan berorientasi kepada siswa.
d. Pendekatan tingkah laku (Behavioral models)
Beberapa istilah yang digunakan untuk pendekatan ini antara lain behavior modification, behavior therapy, social learning theory, Pendekatan ini menekankan kepada teori tingkah laku, sebagal aplikasi dari teori belajar behaviorisme. Tingkah laku individu pada dasarnya dikontrol oleh stimulus dan respon yang diberikin individu. Penguatan hubungan stimulus dengan respon merupakan proses belajar yang menyebabkan perubahan tingkah laku. Teori ini dimulai oleh Pavlov dengan teori klasikal conditioning, Thorndike dengan teori instrumental conditioning dan dikembangkan oleh Skiner dengan teori operant conditioning. Paradigma utama dalam proses belajar adalah stimulus-respon. Dalam pendekatan ini langkah guru mengajar adalah sebagai berikut :
1) Guru menyajikan stimulus belajar kepada siswa,
2) Mengamati tingkah laku siswa dalam menanggapi stimulus yang diberikan guru (respon siswa)
3) Menyediakan atau memberikan latihan-latihan kepada siswa dalam memberikan respon terhadap stimulus,
4) Memperkuat respon siswa yang dipandang paling tepat sebagai jawaban terhadap stimulus.
Memperhatikan langkah di atas maka aspek penting dari pendekatan ini ialah melatih siswa dan memperkuat respon siswa yang paling tepat terhadap stimulus.
D. Kesimpulan
Proses belajar-mengajar dalam prakteknya menempuh tiga tahapan yang saling berkaitan dan berurutan, yakni prainstruksional, instruksional dan evaluasi/tindak lanjut. Pada tahap instruksional. guru dapat menggunakan beberapa model atau pendekatan mengajar. Model atau pendekatan mengajar umumnya berada di antara dua kutub, yakni kutub yang berorientasi kepada guru dan kutub yang berorientasi pada siswa.
Model mengajar yang berorientasi kepada guru di antaranya model ekspositeri atau model informasi. Sedangkan model yang berorientasi kepada siswa di antaranya model inquiry, model interaksi sosial. Sekalipun model yang berorientasi kepada siswa dipandang lebih baik, namun pengggunaan model mengajar sangat bergantung kepada guru itu sendiri.
Di samping perlunya guru menetapkan model mengajar yang di-pandang tepat, proses belajar-mengajar memerlukan upaya lain dan guru yakni penggunaan prinsip mengajar seperti motivasi. korelasi dan integrasi, kooperasi dan kompetisi, aplikasi dan transformasi, individualitas. Melalui prinsip mengajar tersebut diharapkan kegiatan belajar siswa tetap ada dalam kondisi yang optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Abin Syamsuddin Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung : Rosda Karya Remaja.
Beda Strategi, Model, Pendekatan, Metode, dan Teknik Pembelajaran (http://smacepiring.wordpress.com/)
Bruce Joyce, Marsha Weil. 1980, Models of Teaching, Prentice Hall Inc, New Jersey, p.9-12.
Bell, B. 1993. Children’s Science, Constructivism and Learning in Science. Victoria : Deakin University Press.
Bybee, R. 2001. Constructivism and The Five E’s. [Online] Tersedia: http://www.miamisci.org/ph/lpintro5e.html. [11 Juli 2001]
Carin, A.A. and Sund R.B. 1989. Teaching Science Through Discovery. [Sixth Eddition] Melbourne: Merill Publishing Company.
Choy, Ng. K. 1999. Teori Konstruktivisme. [Online] Tersedia: http://members.nbci.com/mpsandakan/jip/teori_kon.htm. [07 Maret 2003]
Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990. Strategi Belajar Mengajar (Diktat Kuliah). Bandung : FPTK-IKIP Bandung.
Hamalik, Oemar. 2003. Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar Berdsarkan CBSA, Bandung : Sinar Baru Algesindo.
Indrawati. 1999. Model-model Pembelajaran IPA. Bandung : Pusat Pengembangan Penataran Guru IPA.
Massialas Byron. 1975. Sosial Issues Through Inquiry, Prentice Hall, Inc, New Jersey, p.21.
Nasution, S. 2008. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar, Jakarta : Bumi Aksara.
Richard Anderson, Learning Theory in Discussion, Resume of ihv Authoritarian Democratic Studies,. Harvard Educational Riview, 19ftH, p.201.
Ryneveld, L.v. 2000. What is Constructivism?. [Online] Tersedia: http://hagar.up.ac.za/catts/leaner/lindavr/lindapg1.htm. [08 Maret 2003]
Rutherford, F.J., Ahlgren, A. 1990. Science for All Americans. New York. Oxford University Press.
Sanjaya, Wina . 2008. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Sudjana, Nana. 1989.Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung : Sinar Baru Algesindo.
Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung : Remaja Rosda Karya.
Udin S. Winataputra. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.
Yager, R.E. 1991. The Constructivist Learning Model. National Science Teacher Association (NSTA) [Online]. Tersedia: http://www.nsta.org/pubs/tst/reprints/ 199109yager.htm. [13 Maret 2003]
Strategi atau teknik, metode dan pendekatan merupakan tiga hal yang berbeda meskipun penggunaannya sering bersama-sama dijumpai dalam pembelajaran. Pendekatan merupakan teori atau asumsi. Metode adalah pengembangan yang lebih konkret dari teori tersebut, berupa prosedur-prosedur berdasarkan teori tersebut di dalam berbagai bentuk kegiatan kelas.
Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku melalui interaksi antara individu dan lingkungan. Proses, dalam hal ini, merupakan urutan kegiatan yang berlangsung secara berkesinambungan, bertahap, bergilir, berkeseimbangan, dan terpadu, yang secara keseluruhan mewarnai dan memberikan karakteristik terhadap belajar mengajar itu.
Berkesinambungan berarti kegiatan instruksional itu berlangsung terus-menerus, yang sesungguhnya tidak pernah berhenti pada satu titik akhir kendatipun tujuan terminal atau tujuan akhir dinyatakan telah tercapai. Bertahap artinya pembelajaran dilaksanakan tahap demi tahap atau langkah demi langkah mengikuti struktur dan prosedur tertentu. Berkeseimbangan artinya terdapat keseimbangan harmonis antara berbagai aspek atau unsur yang dirancang dalam komponen-komponen tujuan instruksional, materi pelajaran, metode kegiatan belajar mengajar, media dan sumber, serta prosedur penilaian dan tindak lanjut. Terpadu berarti terjadi saling mempengaruhi, berhubungan, bergantung, saling terkait, dan saling menjalin satu dengan yang lain, baik dalam perencanaan, penyampaian, dan praktik maupun dalam kegiatan belajar di dalam kelas dan diluar kelas, antara sekolah dan masyarakat serta antara guru dan para siswa. (Oemar Hamalik, 2003 : 4)
Untuk memaksimalkan proses belajar mengajar tersebut tentunya seorang guru seyogyanya harus mengetahui dan menguasai beberapa stategi serta pendekatan yang akan digunakan dalam kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu dalam pembahasan ini akan diulas mengenai beberapa pendekatan dalam proses belajar mengajar mengajar yang harus dimengerti oleh seorang guru.
B. Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik, Dan Model Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna, sehingga seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya. Istilah-istilah tersebut adalah: (1) pendekatan pembelajaran, (2) strategi pembelajaran, (3) metode pembelajaran; (4) teknik pembelajaran; (5) taktik pembelajaran; dan (6) model pembelajaran. Berikut ini akan dipaparkan istilah-istilah tersebut, dengan harapan dapat memberikan kejelasaan tentang penggunaan istilah tersebut.
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.
Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam strategi pembelajaran. Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu :
1) Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukannya.
2) Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling efektif untuk mencapai sasaran.
3) Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan dtempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran.
4) Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha.
Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah:
a) Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik.
b) Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang paling efektif.
c) Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode dan teknik pembelajaran.
d) Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan.
Sementara itu, Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1) exposition-discovery learning dan (2) group-individual learning (Rowntree dalam Wina Senjaya, 2008). Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif.
Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan of operation achieving something” sedangkan metode adalah “a way in achieving something” (Wina Senjaya (2008). Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya.
Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya pembelajaran. Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama.
Sementara taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor karena memang dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia memang sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan. Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekaligus juga seni (kiat).
Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil (Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990) mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran, yaitu: (1) model interaksi sosial; (2) model pengolahan informasi; (3) model personal-humanistik; dan (4) model modifikasi tingkah laku. Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran.
Di luar istilah-istilah tersebut, dalam proses pembelajaran dikenal juga istilah desain pembelajaran. Jika strategi pembelajaran lebih berkenaan dengan pola umum dan prosedur umum aktivitas pembelajaran, sedangkan desain pembelajaran lebih menunjuk kepada cara-cara merencanakan suatu sistem lingkungan belajar tertentu setelah ditetapkan strategi pembelajaran tertentu. Jika dianalogikan dengan pembuatan rumah, strategi membicarakan tentang berbagai kemungkinan tipe atau jenis rumah yang hendak dibangun (rumah joglo, rumah gadang, rumah modern, dan sebagainya), masing-masing akan menampilkan kesan dan pesan yang berbeda dan unik. Sedangkan desain adalah menetapkan cetak biru (blue print) rumah yang akan dibangun beserta bahan-bahan yang diperlukan dan urutan-urutan langkah konstruksinya, maupun kriteria penyelesaiannya, mulai dari tahap awal sampai dengan tahap akhir, setelah ditetapkan tipe rumah yang akan dibangun.
Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, seorang guru dituntut dapat memahami dan memliki keterampilan yang memadai dalam mengembangkan berbagai model pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan, sebagaimana diisyaratkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Mencermati upaya reformasi pembelajaran yang sedang dikembangkan di Indonesia, para guru atau calon guru saat ini banyak ditawari dengan aneka pilihan model pembelajaran, yang kadang-kadang untuk kepentingan penelitian (penelitian akademik maupun penelitian tindakan) sangat sulit menermukan sumber-sumber literarturnya. Namun, jika para guru (calon guru) telah dapat memahami konsep atau teori dasar pembelajaran yang merujuk pada proses (beserta konsep dan teori) pembelajaran sebagaimana dikemukakan di atas, maka pada dasarnya guru pun dapat secara kreatif mencobakan dan mengembangkan model pembelajaran tersendiri yang khas, sesuai dengan kondisi nyata di tempat kerja masing-masing, sehingga pada gilirannya akan muncul model-model pembelajaran versi guru yang bersangkutan, yang tentunya semakin memperkaya khazanah model pembelajaran yang telah ada.
C. Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran adalah suatu strategi (siasat) dalam mengajar yang digunakan untuk memaksimalkan hasil pembelajaran. Pendekatan pembelajaran merupakan strategi yang digunakan dalam upaya menciptakan berlangsungnya proses pembelajaran dalam situasi, kondisi, dan lingkungan belajar yang kondusif dengan menitikberatkan pada salah satu sasaran yang ingin dicapai.
Menurut Ng Kim Choy, seorang pakar pembelajaran berkebangsaan Malaysia, mengemukakan batasan tentang pendekatan adalah arah atau hal yang kita ambil untuk menuju sesuatu sasaran (to come near to in any sense). Dalam pengertian yang lebih luas pendekatan juga diartikan sebagi yang berarti penggunaan strategi yang dipilih untuk mencapai tujuan tertentu.
Sebenarnya pendekatan berbeda baik dengan strategi maupun metode. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Oleh karenanya strategi dan metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung dari pendekatan tertentu.
Roy Killen (1998) misalnya, mencatat ada dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat pada guru {teacher-centred approaches) dan pendekatan yang berpusat pada siswa (student-centred approaches). Pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan strategi pembelajaran langsung (direct instruction), pembelajaran deduktif atau pembelajaran ekspositori. Sedangkan, pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa menurunkan strategi pembelajaran discovery dan inkuiri serta strategi pembelajaran induktif.
C. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar
Sebagaimana kita maklumi bahwa tinggi rendahnya kadar kegiatan belajar banyak di pengaruhi oleh pendekatan mengajar yang digunakan guru. Ada beberapa pendapat mengenai pendekatan mengajar. Richard Anderson mengajukan dua pendekatan, yakni pendekatan yang berorientasi kepada guru atau disebut teacher centered dan pendekatan yang berorientasi kepada siswa atau disebut student centered. Pendekatan pertama disebut pula tipe otokratis dan pendekatan kedua disebut tipe demokratis. Pendapat lainnya dikemukakan oleh Massialas yang mengajukan dua pendekatan, yakni pendekatan ekspositeri dan pendekatan inquiry.
Kedua pendapat di atas pada hakikatnya sama, hanya nama dan istilahnya saja yang berbeda. Sedangkan Bruce Joyce mengemukakan empat katagori, yakni model informasi, model personal, model interaksi sosial dan model tingkah laku. Berikut ini dijelaskan beberapa model atau pendekatan mengajar.
a. Pendekatan ekspositeri atau model informasi
Pendekatan ini bertolak dari pandangan, bahwa tingkah laku kelas dan penyebaran pengetahuan dikontrol dan ditentukan oleh guru/pengajar. Hakikat mengajar menurut pandangan ini adalah menyampaikan ilmu pengetahuan kepada siswa. Siswa dipandang sebagai objek yang menerima apa yang diberikan guru. Biasanya guru menyampaikan informasi mengenai bahan pengajaran dalam bentuk penjelasan dan penuturan secara lisan, yang dikenal dengan istilah, kuliah/ceramah/lecture. Dalam pendekatan ini siswa diharapkan dapat menangkap dan mengingat informasi yang telah diberikan guru, serta mengungkapkan kembali apa yang telah dimilikinya melalui respon yang ia berikan pada saat diberikan pertanyaan oleh guru. Komunikasi yang digunakan guru dalam interaksinya dengan siswa menggunakan komunikasi satu arah atau komunikasi sebagai aksi. Oleh sebab itu kegiatan belajar siswa kurang optimal, sebab terbatas kepada mendengarkan uraian guru, mencatat, dan sekali-kali bertanya kepada guru. Guru yang kreatif biasanya dalam memberikan informasi dan penjelasan kepada siswa menggunakan alat bantu seperti gambar, bagan, grafik dan Iain-lain, di samping memberi kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan.
b. Pendekatan inquiry/discovery
Pendekatan ini bertolak dari pandangan bahwa siswa sebagai subjek dan objek dalam belajar, mempunyai kemampuan dasar untuk berkembang secara optimal sesuai dengan komampuuil yang dimilikinya. Proses pembelajaran harus dipandang sebagai stimulus yang dapat menantang siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Peranan guru lebih banyak menempatkan diri sebagai pembimbing atau pemimpin belajar dan fasilitator belajar. Dengan demikian, siswa lebih banyak melakukan kegiatan sendiri atau dalam bentuk kelompok memecahkan permasalahan dengan bimbingan guru.
Pendekatan "inquiry" merupakan pendekatan mengajar yang berusaha meletakkan dasar dan mengembangkan cara berpikir ilmiah.. Pendekatan ini menempatkan siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kekreatifan dalam pemecahan masalah. Siswa betul-betul ditempatkan sebagai subjek yang belajar. Peranan guru dalam pendekatan "inquiry" adalah pembimbing belajar dan fasilitator belajar. Tugas utama guru adalah memilih masalah yang perlu dilontarkan kepada kelas untuk dipecahkan oleh siswa sendiri. Tugas berikutnya dari guru adalah menyediakan sumber belajar bagi siswa dalam rangka pemecahan masalah. Sudah barang tentu bimbingan dan pengawasan dari guru masih tetap diperlukan, namun campur tangan atau intervensi terhadap kegiatan siswa dalam pemecahan masalah, harus dikurangi.
Pendekatan inquiry dalam mengajar termasuk pendekatan modern, yang sangat didambakan untuk dilaksanakan di setiap sekolah. Adanya tuduhan bahwa sekolah menciptakan kultur bisu, tidak akan terjadi apabila pendekatan ini digunakan. Pendekatan inquiry dapat dilaksanakan apabila dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a) Guru harus terampil memilih persoalan yang relevan untuk diajukan kepada kelas (Persoalan bersumber dari bahan pelajaran yang menantang siswa/problematik) dan sesuai dengan daya nalar siswa
b) Guru harus terampil menum-buhkan motivasi belajar siswa dan menciptakan situasi belajar yang menyenangkan
c) Adanya fasilitas dan sumber belajar yang cukup
d) Adanya kebebasan siswa untuk berpendapat, berkarya, berdiskusi
e) Partisipasi setiap siswa dalam setiap kegiatan belajar
f) Guru tidak banyak campur tangan dan intervensi terhadap kegiatan siswa.
Ada lima tahapan yang ditempuh dalam melaksanakan pendekatan inquiry/discovery yakni :
1) Perumusan masalah untuk dipecahkan siswa
2) Menetapkan jawaban sementara atau lebih dikenal dengan istilah hipotesis
3) Siswa mencari informasi, data, fakta yang diperlukan untuk menjawabpermasalahan/hipotesis
4) Menarik kesimpulan jawaban atau generalisasi
5) Mengaplikasikan kesimpulan/generalisasi dalam situasi baru.
Metode mengajar yang biasa digunakan guru dalam pendekatan ini antara lain metode diskusi dan pemberian tugas. Diskusi untuk memecahkan permasalahan dilakukan oleh sekelompok kecil siswa (antara 3-5 orang) dengan arahan dan bimbingan guru. Kegiatan ini dilaksanakan pada saat tatap muka atau pada saat kegiatan terjadwal. Dengan demikian dalam pendekatan inquiry/discovery model komunikasi yang digunakan bukan komunikasi satu arah atau komunikasi sebagai aksi tapi komunikasi banyak arah atau komunikasi sebagai tranaksi. Studi dan penelitian terhadap kedua pendekatan ini telah banyak dilakukan. Misalnya studi yang dilakukan oleh University of Philipine sampai kepada kesimpulan bahwa pendekatan ekspositeri dan inquiry tidak berbeda keefektifannya dalam mencapai hasil belajar yang bersifat informasi, fakta dan konsep, tetapi berbeda secara signifikan dalam mencapai keterampilan berpikir, pendekatan inquiry lebih efektif daripada pendekatan ekspositeri.
c. Pendekatan Interaksi Sosial
Pendekatan interaksi sosial hampir memiliki persamaan dengan pendekatan inquiry terutama social inquiry. Pendekatan ini menekankan terbentuknya hubungan antara individu/siswa yang satu dengan siswa yang lainnya sehingga dalam konteks yang lebih luas terjadi hubungan sosial individu dengan masyarakat. Oleh sebab itu proses belajar mengajar hendaknya mengembangkan kemampuan dan kesanggupan siswa untuk mengadakan hubungan dengan orang lain/siswa lain, mengembangkan sikap dan perilaku yang demokratis, serta menumbuhkan produktivitas kegiatan belajar siswa. Metode-metode mengajar yang paling diutamakan dalam pendekatan ini antara lain diskusi, problem solving, metode simulasi, bekerja kelompok, dan metode lain yang menunjang berkembangnya hubungan sosial siswa. Pendekatan interaksi sosial pada hakikatnya bertolak dari pemikiran pentingnya hubungan pribadi (interpersonal relationship) dan hubungan sosial atau hubungan individu dengan lingkungan. sosialnya. Proses belajar pada hakikatnya adalah mengadakan hubungan sosial dalam pengertian siswa berinteraksi dengan lingkungannya, berinteraksi dengan siswa lain dan berinteraksi sesama kelompoknya. Langkah yang ditempuh guru dalam pendekatan ini adalah :
1) Guru melemparkan masalah dalam bentuk situasi sosial kepada para siswa.
2) Siswa dengan bimbingan guru menelusuri berbagai jawaban masalah yang terdapat dalam situasi tersebut.
3) Siswa diberi tugas atau permasalahan untuk dipecahkan, dianalisis, dikerjakan yang berkenaan dengan situasi tersebut.
4) Dalam memecahkan masalah tersebut siswa diminta untuk mendiskusikannya.
5) Siswa membuat kesimpulan dari hasil diskusinya.
6) Pembahasan kembali hasil-hasil kegiatannya.
Sosiodrama atau role playing merupakan contoh pendekatan ini. Keterlibatan siswa dalam melakukan kegiatan belajar cukup tinggj terutama dalam bentuk partisipasi dalam kelompoknya. Oleh sebab itu pendekatan ini boleh dikatakan berorientasi kepada siswa.
d. Pendekatan tingkah laku (Behavioral models)
Beberapa istilah yang digunakan untuk pendekatan ini antara lain behavior modification, behavior therapy, social learning theory, Pendekatan ini menekankan kepada teori tingkah laku, sebagal aplikasi dari teori belajar behaviorisme. Tingkah laku individu pada dasarnya dikontrol oleh stimulus dan respon yang diberikin individu. Penguatan hubungan stimulus dengan respon merupakan proses belajar yang menyebabkan perubahan tingkah laku. Teori ini dimulai oleh Pavlov dengan teori klasikal conditioning, Thorndike dengan teori instrumental conditioning dan dikembangkan oleh Skiner dengan teori operant conditioning. Paradigma utama dalam proses belajar adalah stimulus-respon. Dalam pendekatan ini langkah guru mengajar adalah sebagai berikut :
1) Guru menyajikan stimulus belajar kepada siswa,
2) Mengamati tingkah laku siswa dalam menanggapi stimulus yang diberikan guru (respon siswa)
3) Menyediakan atau memberikan latihan-latihan kepada siswa dalam memberikan respon terhadap stimulus,
4) Memperkuat respon siswa yang dipandang paling tepat sebagai jawaban terhadap stimulus.
Memperhatikan langkah di atas maka aspek penting dari pendekatan ini ialah melatih siswa dan memperkuat respon siswa yang paling tepat terhadap stimulus.
D. Kesimpulan
Proses belajar-mengajar dalam prakteknya menempuh tiga tahapan yang saling berkaitan dan berurutan, yakni prainstruksional, instruksional dan evaluasi/tindak lanjut. Pada tahap instruksional. guru dapat menggunakan beberapa model atau pendekatan mengajar. Model atau pendekatan mengajar umumnya berada di antara dua kutub, yakni kutub yang berorientasi kepada guru dan kutub yang berorientasi pada siswa.
Model mengajar yang berorientasi kepada guru di antaranya model ekspositeri atau model informasi. Sedangkan model yang berorientasi kepada siswa di antaranya model inquiry, model interaksi sosial. Sekalipun model yang berorientasi kepada siswa dipandang lebih baik, namun pengggunaan model mengajar sangat bergantung kepada guru itu sendiri.
Di samping perlunya guru menetapkan model mengajar yang di-pandang tepat, proses belajar-mengajar memerlukan upaya lain dan guru yakni penggunaan prinsip mengajar seperti motivasi. korelasi dan integrasi, kooperasi dan kompetisi, aplikasi dan transformasi, individualitas. Melalui prinsip mengajar tersebut diharapkan kegiatan belajar siswa tetap ada dalam kondisi yang optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Abin Syamsuddin Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung : Rosda Karya Remaja.
Beda Strategi, Model, Pendekatan, Metode, dan Teknik Pembelajaran (http://smacepiring.wordpress.com/)
Bruce Joyce, Marsha Weil. 1980, Models of Teaching, Prentice Hall Inc, New Jersey, p.9-12.
Bell, B. 1993. Children’s Science, Constructivism and Learning in Science. Victoria : Deakin University Press.
Bybee, R. 2001. Constructivism and The Five E’s. [Online] Tersedia: http://www.miamisci.org/ph/lpintro5e.html. [11 Juli 2001]
Carin, A.A. and Sund R.B. 1989. Teaching Science Through Discovery. [Sixth Eddition] Melbourne: Merill Publishing Company.
Choy, Ng. K. 1999. Teori Konstruktivisme. [Online] Tersedia: http://members.nbci.com/mpsandakan/jip/teori_kon.htm. [07 Maret 2003]
Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990. Strategi Belajar Mengajar (Diktat Kuliah). Bandung : FPTK-IKIP Bandung.
Hamalik, Oemar. 2003. Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar Berdsarkan CBSA, Bandung : Sinar Baru Algesindo.
Indrawati. 1999. Model-model Pembelajaran IPA. Bandung : Pusat Pengembangan Penataran Guru IPA.
Massialas Byron. 1975. Sosial Issues Through Inquiry, Prentice Hall, Inc, New Jersey, p.21.
Nasution, S. 2008. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar, Jakarta : Bumi Aksara.
Richard Anderson, Learning Theory in Discussion, Resume of ihv Authoritarian Democratic Studies,. Harvard Educational Riview, 19ftH, p.201.
Ryneveld, L.v. 2000. What is Constructivism?. [Online] Tersedia: http://hagar.up.ac.za/catts/leaner/lindavr/lindapg1.htm. [08 Maret 2003]
Rutherford, F.J., Ahlgren, A. 1990. Science for All Americans. New York. Oxford University Press.
Sanjaya, Wina . 2008. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Sudjana, Nana. 1989.Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung : Sinar Baru Algesindo.
Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung : Remaja Rosda Karya.
Udin S. Winataputra. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.
Yager, R.E. 1991. The Constructivist Learning Model. National Science Teacher Association (NSTA) [Online]. Tersedia: http://www.nsta.org/pubs/tst/reprints/ 199109yager.htm. [13 Maret 2003]
tank you mas.................
BalasHapuswaduh mas terima kasih atas infonya bisa bantu aye ngerjain tugas
BalasHapusSIAAAAAAAAAAP MANTAP
BalasHapus